Macam-macam Kalam
Al kalam adalah Lafadz yang tersusun
yang berfaedah dengan bahasa arab. Kalam itu ada tiga bagian : Isim, fi’il, dan
huruf yang memiliki arti.
Isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin, dan kemasukan alif
dan lam. Dan huruf khafadh itu adalah :
مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ,
وَاللَّام
dan
huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta.
Fiil itu dikenal dengan huruf
ِقَدْ,
وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَة(ta ta’nits yang mati) ِ
Huruf itu adalah sesuatu yang tidak sah bersamanya
petunjuk isim dan petunjuk fi’il.
Bab Al I’rab
I’rab itu adalah berubahnya
akhir-akhir kalimat karena perbedaan amil-amil yang masuk atasnya baik secara
lafadz atau taqdir. Bagian i’rab itu ada empat, yaitu rafa’, nashab, khofadh
atau jar, dan jazm.
Setiap isim itu bisa rafa’, nashab, khafad dan tidak bisa
jazm
Setiap fi’il itu bisa rafa’, nashab, jazm, dan tidak bisa
khofadh.
Bab Mengenal tanda-tanda I’rab
1. Bagi
rafa’ itu ada empat tanda, yaitu
dhammah, waw, alif dan Nun
Adapun Dhammah, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada empat
tempat :
- Pada Isim Mufrad,
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannas salim, dan
- fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
Adapun waw, maka
ia menjadi tanda bagi rafa’ pada dua
tempat :
- Pada jama’ mudzakkar salim, dan
- Isim-isim yang lima yaitu
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ,
وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
Adapun alif, maka
ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
Adapun Nun maka ia
menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan dhamir
tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah.
2. Bagi Nashab itu ada lima tanda, yaitu Fathah, alif,
kasrah, ya, dan hadzfunnuun (membuang nun).
Adapun fathah maka
ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
- Pada Isim Mufrad
- Jama’ taksir, dan
- fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan
tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatupun
adapun alif, maka
ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ (aku melihat bapakmu dan
saudaramu)dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.
Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda
bagi nashab pada jama’ muannats salim
Adapun ya, maka ia
menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’
Adapun Hadzfunnuun,
maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika
rafa’nya dengan tetap nun.
3. Bagi Khafadh atau jar itu ada 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah.
Adapun kasrah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
- Isim Mufrad yang menerima tanwin
- jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
- jama’ muannats salim
adapun ya, maka ia menjadi tanda
bagi khafadh pada tiga tempat:
- Pada isim-isim yang lima
- Isim Tatsniyah, dan
- jama’
adapun fathah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin.
4. Bagi jazm itu ada 2 tanda, yaitu sukun dan al hadzfu (membuang).
Adapun sukun, maka
ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya
Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal
akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
Fashl (pasal)
Yang di i'rab itu ada dua bagian : ada yang di
i’rab dengan harkat (baris) dan ada yang di i’rab dengan huruf.
Maka yang di i’rab dengan baris itu ada empat
macam :
- Isim Mufrad
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannats salim, dan
- Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun
Dan semuanya itu
(yang di i’rab dengan baris) di rafa’kan dengan dhammah, dinashabkan dengan
fathah, dan dijazmkan dengan sukun. Dan keluar dari itu tiga hal; jama’
muannats salim dinashabkan dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin
dijarkan (dikhafadhkan) dengan fathah dan fi’il mudhari’ yang mu’tal akhirnya
dijazmkan dengan membuang akhirnya
Yang dii’rab dengan huruf itu ada empat macam
:
- Isim Tatsniyah
- Jama’ mudzakkar salim
- isim-isim yang lima, dan
- fi’il-fiil yang lima, yaitu يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
adapun isim tatsniyah, maka
ia dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
Adapun jama’ mudzakkar
salim, maka ia dirafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan
ya.
Adapun Isim-isim yang lima,
maka di rafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan alif, dan dijarkan dengan ya.
Adapun fi’il-fi’il yang
lima, maka dirafa’kan dengan huruf nun, dan dinashabkan dan dijazamkan dengan
membuang huruf nun.
Bab tentang Fi’il-fi’il
Fi’il itu ada tiga :
- Fiil Madhi
- Fiil Mudhari’
- Fiil Amr
Contohnya ضَرَبَ(madhi), (mudhari’) , وَيَضْرِبُ (amr’), وَاضْرِبْ
Maka
Fiil Madhi itu difathahkan selamanya dan fiil amar dijazamkan selamanya dan
fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan
yang empat yang terkumpul dalam perkataan anaytu (alif, nun, ya, dan ta). Fiil
mudhari’ itu dirafa’kan selamanya kecuali adaa amil nashab atau jazm yang masuk
padanya.
Maka amil nashab (huruf
yang menashabkan) itu ada sepuluh, yaitu:
أَنْ, وَلَنْ, وَإِذَنْ, وَكَيْ, وَلَامُ كَيْ, وَلَامُ اَلْجُحُودِ,
وَحَتَّى, وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ, وَالْوَاوِ, وَأَوْ.
Dan
amil jazm itu ada delapan belas, yaitu :
لَمْ, وَلَمَّا, وَأَلَمْ, وَأَلَمَّا, وَلَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ,
وَ "لَا" فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ, وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا,
وَإِذْمَا ، وأي وَمَتَى, وَأَيْنَ وَأَيَّانَ, وَأَنَّى, وَحَيْثُمَا,
وَكَيْفَمَا, وَإِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. (dan idzan pada syair tertentu)
Bab Tentang
Isim-isim yang Dirafa’kan
Isim-isim
yang dirafa’kan itu ada tujuh :
- Isim Faa’il
- Isim Maf’ul yang
tidak disebut failnya (naaibul fa’il)
- Mubtada
- khabar mubtada
- Isim Kaana dan
saudara-saudaranya
- khabar inna dan
saudara-saudaranya
- Dan yang
mengikuti yang dirafa’kan, yaitu
ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal
Bab Faa’il
Faa’il
adalah isim yang dirafa’kan yang disebut sebelum faa’il itu fi’ilnya. Dan
faa’il itu ada dua bagian, yaitu faa’il isim dzhahir dan faa’il isim dhamir.
Maka
faa’il isim dzhahir itu seperti contoh
قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ, وَقَامَ
الزَّيْدَانِ, وَيَقُومُ الزَّيْدَانِ, وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ
الزَّيْدُونَ, وَقَامَ اَلرِّجَالُ, وَيَقُومُ اَلرِّجَالُ, وَقَامَتْ هِنْدٌ,
وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ, وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ, وَتَقُومُ الْهِنْدَانِ, وَقَامَتْ
الْهِنْدَاتُ, وَتَقُومُ الْهِنْدَاتُ, وَقَامَتْ اَلْهُنُودُ, وَتَقُومُ
اَلْهُنُودُ, وَقَامَ أَخُوكَ, وَيَقُومُ أَخُوكَ, وَقَامَ غُلَامِي, وَيَقُومُ
غُلَامِي,
Dan
Faa’il isim dhamir itu ada 12, yaitu :
ضَرَبْتُ, وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ,
وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ, وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا,
وَضَرَبُوا, وضربن
Bab Maf’ul yang tidak disebut Faa’ilnya (Naaibul
faa’il)
Naaibul faa’il adalah isim
yang dirafa’kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya. jika fi’ilnya itu
fi’il madhi maka didhammahkan huruf awalnya dan dikasrahkan apa yang sebelum
akhirnya dan jika fi’ilnya itu fi’il mudhari’ maka didhammahkan huruf awalnya
dan difathahkan huruf yang sebelum akhirnya. Naa’ibul faa’il itu ada dua, yaitu
Naaibul faa’il isim dzhahir dan naaibul faa’il isim dhamir.
Maka naaibul faa’il isim
dzhahir itu contohnya :
ضُرِبَ زَيْدٌ" وَ"يُضْرَبُ
زَيْدٌ" وَ"أُكْرِمَ عَمْرٌو" وَ"يُكْرَمُ عَمْرٌو
dan naaibul faa’il isim
dhamir contohnya:
ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا, وَضُرِبْتَ, وَضُرِبْتِ,
وَضُرِبْتُمَا, وَضُرِبْتُمْ, وَضُرِبْتُنَّ, وَضُرِبَ, وَضُرِبَتْ, وَضُرِبَا,
وَضُرِبُوا, وضُربن
Bab Mubtada dan khabar
Mubtada adalah isim yang
dirafa’kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh.
Khabar adalah isim yang
dirafa’akan yang disandarkan kepada mubtada’. Contohnya :
"زَيْدٌ قَائِمٌ" وَ"الزَّيْدَانِ
قَائِمَانِ" وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ "
Mubtada itu ada dua bagian, yaitu mubtada isim dzahir
dan mubtada isim dhamir
Maka Mubtada isim dzahir
itu adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti contoh di
atas)
Mubtada isim dhamir itu ada
dua belas :
أنا ونحن وأنتَ وأنتِ و وأنتما وأنُتم وأنتن وهو
وهى وهما وهم وهن
Dan
apa-apa yang menyerupai contoh ini(أنا قائم) و(نحن قائمون)contohnya :
Khabar
itu
ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair (bukan) mufrad.
Khabar
mufrad contohnya زيد قائم
Khabar ghair
mufrad itu ada empat :
- Jar dan majrur
- dzharaf
- fi’il beserta faa’ilnya
- Mubtada beserta khabarnya.
Contohnya: (زيد فى الدار وزيد عندك وزيد قام ابوه وزيد جاريته
ذاهبة)
Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan
khabar
Amil-amil yang masuk kepada
mubtada dan khabar itu ada tiga macam, yaitu kaana dan saudara-saudaranya,
innna dan saudara-saudaranya dan dzhanna (dzhanantu) dan saudara-saudaranya.
Adapun kaana dan
saudara-saudaranya maka sesungguhnya mereka
merafa’kan isism (mubtada) dan menashabkan khabar. Maka kaana dan
suadara-saudaranya itu adalah : كَانَ,
وَأَمْسَى, وَأَصْبَحَ, وَأَضْحَى, وَظَلَّ, وَبَاتَ, وَصَارَ, وَلَيْسَ, وَمَا
زَالَ, وَمَا اِنْفَكَّ, وَمَا فَتِئَ, وَمَا بَرِحَ, وَمَا دَامَ,
dan apa-apa yang bisa
ditashrif dari semuanya, seperti :
َ كَانَ, وَيَكُونُ, وَكُنْ,
وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ وَأَصْبِحْ,
Contohnya :
"كَانَ زَيْدٌ
قَائِمًا, وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا"
dan sesuatu yang menyerupai
contoh ini.
Adapun inna dan saudara-saudaranya
maka sesungguhnya mereka
itu menashabkan mubtada dan merafa’kan khabar. inna dan saudara-saudaranya
adalah :
إِنَّ،
وَأَنَّ، وَلَكِنَّ، وَكَأَنَّ، وَلَيْتَ، وَلَعَلَّ،
إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ، وَلَيْتَ
عَمْرًا شَاخِصٌcontohnya :
Makna
inna dan anna adalah untuk taukid (penekanan), laakinna untuk istidraak
(mempertentangkan), kaanna untuk tasybih (penyerupaan), laita untuk tamanniy
(pengandaian), la’alla untuk tarajiy (pengharapan kebaikan) dan tawaqqu’
(ketakutan dari nasib buruk).
Adapun
dzhanantu (dzhanna) dan saudara-saudaranya maka sesunggunya mereka itu
menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan khabar) adalah
maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya. Dzhanantu dan saudara-saudaranya
itu :
ظَنَنْتُ، وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ،
وَزَعَمْتُ، وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ،
وَسَمِعْتُ؛
ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًاcontohnya :