Minggu, Juli 07, 2013

AIR MATA

AIR MATA INI HANYA UNTUKMU YA ROMADHON

Marhaban Ya Romadhon................
Selamat Datang Bulan Nan Penuh Kemuliaan
Keindahanmu senantiasa terbayang di pelupuk mataku
Ketenangan terpancar dalam setiap malammu
Kebahagiaan senantiasa menyelimuti hari-harimu

Marhaban Ya Romadhon...............
Selamat Datang Bulan Nan Penuh Keberkahan
Menyambutmu adalah sebuah anugerah terindah dariNya
Menantimu adalah sebuah kegembiraan yang tak pernah ada duanya
Ku ingin selamanya engkau ada dalam Kehidupanku
Tanpamu kutak tahu adakah kebahagiaan yang terpancar dalam hidupku

Marhaban Ya Romadhon........................
Malammu penuh dengan Suara-suara Suci bergema berkumandang
Siangmu penuh dengan kewaspadaan tuk menata masa depan
Hari-harimu penuh dengan tetesan airmata kebahagiaan
Tetesan airmata Rasa Cinta seorang Insan pada sang KholiqNya

Marhaban Ya Romadhon.....................
Cintaku padamu melebihi segalanya
Karena Cintaku dihari itu adalah Cinta abadi pada Sang Maha Pencipta
Ku tak tahan lagi berapa banyak airmata ini tercurah dari kelopak mata
Airmata Penuh Cinta, Airmata Penuh Kasih, Airmata Penuh Pengharapan
Airmata penuh Penyesalan, Airmata Memohon Pengampunan
Airmata Kebahagiaan Dunia Akhirat Tumpuan Seorang Insan

Marhaban Ya Romadhon..........................
Airmataku kupersembahkan hanya untuk bisa bertemu denganmu.......
Airmata yang selalu berharap penuh hasrat tuk slalu bisa bertemu denganmu
Airmata yang slalu kujaga hanya kupersembahkan saat kedatanganmu....
Karenamulah aku bisa lebih dekat yang Menciptakanmu..
Karenamulah aku bisa lebih bersyukur pada yang mendatangkanmu......
Karenamulah Aku semakin yaqin Allahlah Tujuan Hidupku...........

By.....Setiyo Hadi Al Musafir

Jumat, Juni 28, 2013

Pendidikan Nasional



LUHUR DAN HANCURNYA PENDIDIKAN NASIONAL


Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia. Selain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanaka ketertiban dunia, alinea keempat Pembukaan UUD Tahun 1945 mengamanatkan bahwa beban mencerdaskan kehidupan bangsa ada pada pemerintah. Dan oleh karena itulah Pemerintah Negara Indonesia dibentuk melalui Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.

Dengan kemerdekaan, proses mencerdaskan kehidupan bangsa lebih mungkin untuk dilakukan. Sebab tanpa kemerdekaan tidak akan mungkin terselenggara pendidikan berkualitas dan berkeadilan yang dapat mencerdaskan segenap bangsa Indonesia. Tanpa kemerdekaan pendidikan hanya akan dinikmati oleh anak-anak kaum penjajah dan para priyayi. Kemerdekaan membuka akses terhadap pendidikan kepada siapapun.

Kemerdekaan dan pendidikan adalah dua elemen yang saling mendukung, satu membutuhkan yang lainnya. Kemerdekaan mampu menciptakan pendidikan yang lebih baik. Namun, tanpa pendidikan tidak akan lahir gagasan tentang kemerdekaan. Gagasan tentang bangsa merdeka yang diusung oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional pun tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan yang telah mereka terima.

Salah satu tokoh pergerakan nasional tersebut adalah Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Pendidikan tidak hanya melahirkan gagasan kemerdekaan dalam khasanah berpikir Ki Hajar, namun juga menjadi alat perjuangannya untuk mewujudkan kemerdekaan. Soewardi menjadikan kemerdekaan sebagai azas pendidikan. Bagi Ki Hajar, mengisi jiwa merdeka pada anak-anak Indonesia yang sedang dijajah berarti mempersenjatai bangsa dengan keberanian untuk berjuang.

Setelah menggunakan pers, partai politik dan organisasi massa, pendidikan adalah alat perjuangan terakhir yang digunakan Ki Hajar untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Dengan memberikan pendidikan yang memadai kepada rakyat akan menciptakan wawasan yang luas bagi mereka, yang pada akhirnya akan melahirkan kehendak untuk memerdekakan jiwa dan raganya. Taman Siswa lahir dengan latar belakang ini.

Sama seperti alat perjuangan yang pernah ia gunakan, pendidikan sebagai alat perjuanganpun harus menghadapi berbagai macam hambatan yang dipasang oleh pemerintah kolonial. Melalui wilde scholen ordonantie (ordonansi 'sekolah liar') pemerintah kolonial berupaya membendung perjuangan kemerdekaan melalui jalur pendidikan.

Ordonansi ini mengatur tentang izin penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang dianggap mengganggu 'ketertiban umum' tidak akan diberikan izin, dan dianggap sebagai 'sekolah liar'. Namun ordonansi ini tidak dapat diberlakukan secara efektif karena mendapatkan perlawanan yang luar biasa dari para tokoh dan organisasi pergerakan nasional.

Ya, elok dan luhur nian konsep pendidikan menurut Ki Hajar. Konsep yang tetap relevan hingga saat ini. Jika pada era sekarang -- yang katanya begitu canggih -- saja konsep ini begitu cemerlang, apalagi pada saat konsep ini dilahirkan. Bisa jadi pada masa kelahirannya konsep ini tidak terlalu cemerlang, karena keluhuran hati dan pikiran, mudah kita dapatkan pada masa itu. Sementara di era milenium yang menampilkan berbagai macam kecanggihan ini, keluhuran sulit didapatkan, termasuk dalam dunia pendidikan.

Ironi Pendidikan Nasional
Taman Siswa berdiri tahun sejak 3 Juli 1922, 89 tahun lalu. Lebih jauh lagi, "Medan Prijaji", koran pertama yang dikelola oleh kaum pribumi terbit pada tahun 1903. Namun kenyataan yang ada seolah menampilkan sebuah ironi. Hingga September 2010, 5,3 persen atau 8,7 juta orang penduduk negeri ini menyandang status buta aksara. Selain keterisolasian, kemiskinan memberikan kontribusi besar terhadap angka kebutaaksaraan.

Seorang teman yang menjadi guru di salahsatu sekolah menengah swasta di Kabupaten Sorong, mengatakan bahwa kemampuan membaca sejumlah siswanya masih menjadi persoalan. Mereka masih kesulitan dalam membaca. Selain itu, guru juga harus 'berjuang' memilih kata atau kalimat yang sangat sederhana agar dapat dimengerti oleh murid-muridnya. Maklum, sekalipun para murid adalah putera-puteri bangsa Indonesia, namun pengetahuan mereka tentang kosa kata bahasa Indonesiapun masih sangat terbatas.

Padahal, program wajib belajar sudah dicanangkan sejak tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. UU Nomor 4 tahun 1950 jo UU Nomor 12 tahun 1954 menjadi payung hukum penyelenggaraan pendidikan. Setiap anak yang berusia 8 sampai 14 tahun diwajibkan mengikuti program ini. Program wajib belajar pada era ini tidak berjalan efektif, bukan hanya karena kemiskinan, namun juga karena berbagai pergolakan politik dan pemberontakan yang mendera perjalanan negara belia ini.

Pergantian kepemimpinan nasional ternyata tidak membawa arti bagi wajah pendidikan nasional. Jangankan pendidikan sebagai sebuah nilai, yang namanya (bangunan) sekolahpun tidak diurus secara pantas. Kasus bangunan sekolah rusak dan roboh serta ditukarguling untuk kepentingan bisnis masih kerap terjadi. Jika di Jakarta saja persoalan seperti ini masih terjadi, kita sudah dapat membayangkan nasib pendidikan di daerah-daerah lain.

Ujian Nasional
Melalui Ujian Nasional Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas dan membuat standar pendidikan nasional. Nilai UN menjadi penentu kelulusan para siswa. Alih-alih meningkatkan mutu dan standar pendidikan, pembentukan standar pendidikan melalui UN justru menuai kritik dan kecaman. Bahkan sejumlah orangtua murid, guru dan para pemerhati pendidikan menggugat Pemerintah secara perdata melalui mekanisme citizen law suit (CLS). Pada setiap tingkatan pemeriksaan pengadilan hingga Mahkamah Agung, permohonan para penggugat dikabulkan.

Sejatinya, UN bukan hanya tidak memiliki legitimasi sosial dan moral, namun juga legal. Namun pada kenyataannya UN masih tetap diselenggarakan dan masih menjadi penentu kelulusan dan standar pendidikan nasional, walaupun belakangan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan menetapkan kelulusan tidak lagi hanya ditentuka oleh UN, namun penggabungan dari nilai sekolah sebesar 40 persen dan 60 persen nilai UN.

Masuknya 40 persen nilai ujian sekolah sebagai komponen nilai kelulusan tidak serta-merta mengurangi 'kepanikan' para siswa, guru, kepala sekolah dan orangtua murid dalam menghadapi UN. Beragam jurus mereka gunakan untuk menghadapi UN. Mulai dari jurus yang paling elok dengan memberikan pelajaran tambahan hingga praktik curang memberikan bocoran jawaban dan mencontek (massal atau individual).

Sepanjang penyelenggaraannya, selain kasus bunuh diri, UN ternyata menyumbang pada kenaikan angka kriminalitas, seperti kasus pembocoran soal ujian, joki dan penipuan. Kualitas pendidikan tidak mengalami peningkatan sebagaimana yang diinginkan, penyelenggaraan UN justru semakin menjauhkan pemangku kepentingan dari esensi pendidikan.

Nilai-nilai luhur yang harusnya ditumbuhkan dan dijaga oleh lembaga sekolah justru dihancurkan. Mencontek yang pada awalnya adalah 'kejahatan' intelektual justru dianjurkan. Nilai-nilai solidaritas dan kesetiakawanan diartikan memberikan jawaban kepada teman-teman yang tidak bisa menjawab soal UN. Nilai-nilai kemandirian digadaikan dengan kelulusan. Kepala sekolah dan guru-guru beramai-ramai 'menggebuki' rekan sejawatnya yang membongkar kecurangan UN di sekolahnya.

'Kecelakaan' dalam dunia pendidikan tidak hanya terjadi di institusi pendidikan, namun sudah merembes hingga komunitas masyarakat paling bawah. Siami harus terusir dari rumahnya sendiri. Warga sekampung yang juga orangtua murid mengusirnya karena ia membongkar praktik contek massal di sekolah anaknya. Para orangtua seakan lupa bahwa ketika mereka bersekolahpun mencontek adalah perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan. Demi anaknya lulus UN, para orangtua seakan mendukung anak-anaknya terlibat aksi meruntuhkan nilai-nilai pendidikan di sekolah.

Aksi contek yang memperoleh legitimasi dari kepala sekolah, guru dan orangtua murid tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Setuju atau tidak setuju dengan berbagai macam praktik curang dalam menghadapi UN, tindakan tersebut bisa kita lihat sebagai bentuk perlawanan atau pembangkangan dari pihak sekolah. Sebab Pemerintah (pusat) yang tidak pernah memberikan perhatian kepada sekolah mereka, justru banyak mengatur, mengevaluasi dan menentukan lulus tidaknya siswa yang telah mereka didik selama sekian tahun.

Alangkah bijaksananya jika sebelum memberikan standarisasi mutu melalui UN, pemerintah mengurus standarisasi proses pendidikan. Misalnya standar perpustakaan, laboratorium dan lapangan olahraga yang harus dimiliki oleh sekolah. Termasuk standar kualitas dan kompetensi guru serta rasio guru dan murid.

Jika Pemerintah tidak mau mengurus standar proses pendidikan, maka menjadi tidak adil jika Pemerintah melakukan standarisasi output melalui UN. Dan tidak adil pula jika para murid dari belantara Papua harus 'bertanding' dengan siswa yang bersekolah di kota besar dengan fasilitas yang lengkap dan canggih.

RSBI
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas semestinya terjadi di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan, tidak dijelmakan dalam rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Dalam praktik, RSBI semakin menjauhkan akses orang miskin terhadap pendidikan. Sebab, selain anak harus memiliki nilai UN yang memenuhi syarat, orangtua juga harus membayar berbagai macam pungutan yang jumlahnya mencapai jutaan rupiah. (Kompas 6 Juli 2011)

Jika RSBI dianggap sebagai model pendidikan yang paling baik, harusnya ia diselenggarakan di setiap sekolah. Bukan pada sekolah-sekolah tertentu yang justru melahirkan ekslusivitas sekolah. Konstitusi menjamin bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan Pemerintah wajib membiayai. Pemerintahpun dituntut untuk mengusahakan sistem pendidikan nasional, bukan sekolah dengan standar internasional.

Jika sistem penyelenggaraan pendidikan seperti ini masih tetap dipertahankan, maka keadilan di bidang pendidikan tidak akan pernah terwujud. Pendidikan tidak lagi menjadi bagian dari hak asasi manusia, tapi sebuah komoditi. Angka putus sekolah pun makin sulit dibendung. Dan angka kemiskinan pun akan terus melambung, karena pendidikan sebagai sarana transformasi tidak dapat dikecap oleh si miskin.

Oleh : Rinto Tri Hasworo*

* Penulis adalah Advokat dan Peneliti, bekerja pada Institute for Ecosoc Rights, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

SANG "GURU"



Dibalik Kata Sang “GURU”
Assalamualaikum.....Bahan Kajian dan Renungan Bagi Seorang "GURU"

Setiap orang mempunyai hak untuk memberikan sebuah sumbangsih sedikit pemikiran demi kemaslahatan kalo memang pemikiran tersebut benar-benar bisa dibuktikan secara realita dan nyata dalam kehidupan. Untuk itu Abdi disini hanya sedikit memberikan sebuah Goresan kata dalam hati untuk kita renungi bersama bagi kita yang berprofesi sebagai seorang pendidik "GURU".

Makna kata "GURU" merupakan sakral sekali bagi mereka yang benar-benar tahu dan mendalami Peran dan Fungsi Seorang "Guru" yang sesungguhnya. Dalam Realitas yang ada sekarang ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang "GURU" Kenapa ??????? ea tentulah jawabannya sudah bisa kita tebak sendiri. 

Profesi "GURU" saat ini adalah profesi yang sangat menjanjikan kalau hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup personal. Betapa tidak sudah berapa kali peraturan pemerintah yang mensuport keinginan "GURU" disaat ini, mulai dari adanya berbagai macam Tunjangan, Kenaikan Gaji bahkan sekarang yang lagi banyak dibicarakan adalah masalah sertifikasi. Sehingga dengan adanya itu semua liat aja banyak guru yang Model hidupnya sudah mengikuti para Pejabat kelas tinggi tetapi tidak tahu sebenarnya itu semua mempunyai tanggung jawab yang besar didalamnya. Dari tanggung jawab itu sendiripun masih banyak kenyataannya "GURU" yang cuek dan tak banyak peduli dengan permasalahan-permasalahan pendidikan yang sesungguhnya. "Banyak yang Asal ngajar" intinya Datang kesekolah, masuk kelas, ngajar terus pulang....???????? tanpa ada beban sama sekali dengan masalah-masalah para siswa-siswinya disekolah. Bahkan yang lebih parah lagi adalah banyak Guru cuek dan hanya ingin mencari citra dihadapan sesama para guru dengan jalan yang begitu tidak terpuji (Itu menurut hukum agama) bisanya hanya ngomong dibelakang dengan mencari teman yang menurut dia bisa dia manfaatkan untuk mendukung omongannya, tetapi tidak ada niat untuk mencari pembenahan dan solusi demi kebaikan. (Semua hanya mencari Pembenaran berdasarkan Pengalaman, Usia Tua yang merasa lebih segalanya, Masa Kerja yang mungkin lebih lama, Pendidikan yang lebih tinggi, kedudukan atau jabatan yang dipunyai dll). (QS. Luqman ayat 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”)

Dan yang paling membuat Hati trenyuh bila melihat seorang Guru yang bisanya hanya Mencari-cari kesalahan bahkan mengungkit-ungkit hal yang tidak semestinya dalam kategori dan kapasitas seorang guru (yang mempunyai Akhlaq Terpuji). Senang akan membicarakan aib sesama guru padahal dia tidak tahu maksud dan tujuan yang sesungguhnya, tapi kenyataannya dirinya sendiri tidak bisa mengaca, menyelami dan memahami apa yang sudah dilakukannya selama ini itu benar-apa salah. (QS. Luqman Ayat 6 “dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”)

Yang ditunjukkan dan ditampakkan pada dirinya hanyalah kebaikan dan kebaikannya saja tidak pernah ia menyelami kekurangan dan kelemahannya. Yang pada akhirnya membuat sebuah keresahan dan kesenjangan dalam sebuah Tatanan Silaturrahim (Team Work) sesama Guru dalam mengemban Amanah mendidik dan membimbing serta mengasuh anak didik untuk menjadi yang lebih baik. Masih Banyak Guru yang beranggapan Kolot tentang Hubungan dan Status Seorang Guru dengan Muridnya. (Guru Ya Guru/Murid Ya Murid). Padahal bila kita memaknai (QS. Luqman Ayat 18. “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”) sungguh luar biasa makna yang tersirat didalamnya dalam memposisikan kita sebagai seorang Guru dalam mendidik, Mengajar, Membina dan Mengasuh anak didik kita. 

Saat ini dengan jaman seperti sekarang ini seharusnya kita bisa mengerti dan memahami dengan kebesaran hati bahwa jaman sekarang bukanlah jaman disaat kita sekolah dulu jaman dimana kita masih menjadi seorang Murid dulu. Saat ini Peran Seorang Guru tidak hanya sebagai seorang Pendidik dan pentransfer Ilmu pengetahuan saja lebih dari itu kita harus bisa memposisikan Kapan Kita menjadi Seorang Guru yang kompeten dihadapan Siswa, Kapan Kita bisa menjadi Orang Tua pengganti Orang Tua mereka dirumah, kapan kita bisa menjadi sahabat/Teman Mereka, dan Kapan kita bisa menjadi tempat Curahan Hati mereka untuk bisa mensuport segala apa yang menjadi keinginan dan cita-cita mereka. Bukan Pujian, bukan Penghargaan, bukan kedudukan atau jabatan yang kita utamakan melainkan ketulusan dan keikhlasan hati yang diperlukan untuk menjalankan Amanah Menjadi Seorang Guru. (Filosofi Wong Jowo “Kalau Ingin dihargai Orang maka Hargailah Orang Lain tanpa harus melihat status/strata sosial yang dimiliki). Karena Sesungguhnya Manusia dihadapan Allah itu Hakekatnya Sama tanpa terkecuali, yang membedakan hanyalah Tingkat keimanan dan Ketaqwaan yang dimiliki orang tersebut.

Nah apakah kita pernah bertanya pada diri sendiri inikah saya seorang GURU ?........Tentu tidak karena yang dicari hanyalah Penghargaan, Penghormatan, Pencitraan pada Manusia Saja bukan Karena Allah SWT (Bagi Orang yang Hanya mementingkan Dirinya Sendiri). Tapi, Bila semua yang dilakukan itu tulus dan ikhlas karena Allah Semata saya yaqin yang ada bukan saling menjatuhkan diantara sesama guru melainkan meningkatkan dan menciptakan komunikasi yang baik dengan bisa menempatkan porsi dan kedudukan yang ada dalam setiap permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Bukan Slintutan, Singit-singitan atau bahkan menjual omongan yang tidak semestinya dengan kapasitas sebagai seorang Guru. Apa memang sudah jamannya seperti ini….?.............Yang bisa menjawab hanya hati nurani kita masing-masing.

Dari realitas dan kenyataan semacam itu toh "mereka" tidak canggung dan tidak malu menyebut dirinya sebagai seorang "GURU". Sebenarnya kalo kita pikir dengan hati yang jernih dan otak yang bersih sesungguhnya "Guru" dijaman sekarang tidak layak disebut sebagai seorang "GURU" yang pantas adalah "TENAGA PENDIDIK" saja dan juga tidak layak disebut sebagai "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" karena apa ???? yah kita liat saja sendiri berapa banyak pemasukan yang dihasilkan oleh seorang "Guru" dari profesinya tersebut. Iya Kalo "GURU" jaman dulu emang pantas disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dan bener-bener seorang GURU sejati karena antara yang didapatkan dengan apa yang dia kerjakan 180 derajat sangat tidak berimbang.

Abdi adalah juga seorang "Tenaga Pendidik" melihat dan memahami dari makna "GURU" yang sesungguhnya ABDI sangat malu dan tidak layak disebut sebagai seorang "GURU" Karena jujur saja abdi masih jauh dari disebut Sebagai seorang “GURU” yah pantasnya "Staff Pendidik/Pengajar" Gitu aja. "GURU" digugu lan ditiru....makna ini sudah adakah dalam jiwa kita ??????? (Tidak hanya digugu dan ditiru sebatas omongannya Saja tetapi juga semua yang ada pada sendi hidup kita, Tingkah Laku Perbuatan, Akhlaq, Cerminan Hati, Pandangan Hidup dll) padahal jujur aja dalam kehidupan saat ini banyak sekali "Guru" yang tidak bisa memegang makna tersebut. Untuk itu mari sama-sama dengan media Group ini kita tingkatkatkan kembali rasa solidaritas sesama "Tenaga Pendidik/Pengajar" untuk tetap saling memberikan informasi, saran dan nasehatnya demi pengembangan pengetahuan pribadi. Serta senantiasa menggunakan Hati dan Aqidah didalam setiap menyelami sebuah wacana yang ada. (Bukan karena Nafsu duniawi, Iri, syirik dan Dengki) Mari kita ingat bersama bahwa Tugas dan tanggung jawab kita tidak hanya sebatas didunia saja, melainkan kelak dihadapanNya itulah akhir penentuan Tugas dan tanggung jawab kita yang sesungguhnya.

Demikian sedikit dari hasil penyelaman kata hati ABDI tentang wacana seorang "GURU" dikaca pandang mata Abdi. Semoga bermanfaat, dan semoga ini akan menjadi motivasi kita bersama untuk bisa lebih baik dan lebih baik, bukan karena ingin dipandang orang hanya untuk jabatan, tetapi bener-bener tulus wujud pengabdian kita seorang hamba kepada RobbNya. Amin. Fastabiqul Khoiroth. Jayalah "GURUKU" Perhatian, Pelayanan dan Pengabdianmu yang kami butuhkan bukan Sekedar Ilmu yang engkau transferkan kepada Kami. Mohon ma'af bila ada kata yang kurang berkenan. Terimakasih.

Wassalamualaikum.

Senin, April 01, 2013

Wali Songo



PEPE'LING WALI SONGO

A.SUNAN AMPEL :
 
Falsafah “Moh Limo” ;
1. Moh Main atau tidak mau berjudi
Segera basmi segala bentuk perjudian, baik perjudian kelas bawah maupun perjudian kelas atas. Karena bangsa kita tidak akan pernah mendapatkan keberkahan hidup jika perjudian menjamur bebas di sana-sini. Na’udzu billlahi mindzaalik.

2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan.
Tinggalkan segala bentuk minum-minuman keras yang hanya membawa kenikmatan sesaat, tetapi kemudhorotan yang akan ditimbulkannya jauh lebih besar dari manfaatnya.

3. Moh Maling atau tidak mau mencuri
Segala bentuk pencurian, termasuk di dalamnya korupsi, kolusi, suap-menyuap dan sebagainya harus segera ditinggalkan, jika tidak malapetaka sosial akan semakin marak dalam kehidupan bangsa kita.. Selain itu begitu maraknya korupsi dari birokrasi paling bawah sampai birokrasi teratas menyebabkan bangsa kita akan semakin terpuruk.

4. Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja, narkoba dan lain-lain.
Penyalahgunaan narkoba adalah sumber kehancuran negara. Penyakit ini akan menghancurkan bangsa kita, apalagi pengguna terbesar narkoba adalah generasi muda. Jika hal ini terus dibiarkan, apa yang terjadi pada bangsa kita 10, 15, atau 20 tahun yang akan datang. Wallahu a’lam.

5. Moh Madon atau tidak mau berzina/main perempuan yang bukan istrinya.
Penyakit masyarakat lainnya yang begitu mewabah dalam masyarakat kita adalah perzinaan. Arus globalisasi yang begitu dahsyat telah banyak memberi pengaruh besar bagi menjamurnya segala bentuk prostitusi dan perselingkuhan. Kerusakan seperti ini sudah dianggap “biasa” oleh masyarakat kita. Padahal kalau perbuatan seperti ini tidak dicegah, tunggulah azab yang besar akan segera datang dari Allah SWT.

Mudah-mudahan kita semua bisa menghindari lima perbuatan yang terlarang tersebut sehingga kita bisa terhindar dari azab yang lebih besar lagi. Mari kita aktualisasikan dan implementasikan falsafah “Moh Limo” ini dalam kehidupan kita, agar tercipta “Baldatun thayyibatun wa Robbun ghofuur”. Negara yang “Gemah ripah Loh jinawi Toto Titi Tentrem Kerto lan Raharjo”.

B.SUNAN BONANG :
Menurut Sunan Bonang, kebudayaan Islam tidak mesti kearab-araban.
Menutupi aurat tidak mesti memakai baju Arab, tetapi cukup dengan memakai kebaya dan kerudung. Inilah yang kemudian diimplementasikan oleh mayoritas muslim Indonesia.
Di antara upacara keagamaan yang diberi bungkus budaya Jawa, yang sampai kini masih diimplementasikan oleh masyarakat secara turun temurun adalah upacara Sekaten dan Grebeg Maulid..

Keahliannya di bidang geologi dipraktekkan dengan menggali banyak sumber air dan sumur untuk perbekalan air penduduk dan untuk irigasi pertanian lahan kering. Sunan Bonang juga mengajarkan cara membuat terasi, karena di Bonang banyak terdapat udang kecil untuk pembuatan terasi. Sampai kini terasi Bonang sangat terkenal, dan merupakan sumber penghasilan penduduk desa yang cukup penting.

Dengan menyatakan `jagat terbentang dalam diri` Sunan Bonang ingin menyatakan betapa pentingnya manusia memperhatikan potensi kerohaniannya. Adalah yang spiritual yang menentukan yang material, bukan sebaliknya. Tetapi karena pikiran manusia kacau, ia menyangka yang material semata-mata yang menentukan hidupnya. Karena potensi kerohaiannya inilah manusia diangkat menjadi khalifah Allah di bumi, bukan karena harta dan kekayaannya.

C.SUNAN GIRI :
Dalam keagamaan, beliau dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Beliau juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak – cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. Asmara artinya cinta dan dana artinya beramal. Sedangkan pucung artinya dipocong, dengan kata lain sebelum kita dipocong atau meninggal dunia perbanyaklah beramal agar kita bahagia duni dan akhirat, amiin.

D.SUNAN DRAJAT
Tujuh pesan Sunan Drajat :
1. Memangun resep tyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling lan waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan  
    waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan 
    untuk  mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu – nafsu)
5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan 
    dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan 
    sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Ajarkan ilmu pada orang yang tidak tau, Berilah makan kepada orang yang lapar, Berilah baju kepada orang yang tidak punya baju, serta beri perlindungan orang yang menderita)

Pesan Sunan Drajat ini dituangkan dalam bentuk gending dan lagu, sehingga orang yang menyanyikan gending secara tidak langsung mempelajari isi ajaran dari sunan Drajat.

E.SUNAN KALIJAGA
Ketenaran Sunan Kalijaga ini dikarenakan beliau seorang ulama yang cerdas dan arif. Kecerdasan dan kearifan yang dimiliki membuat beliau mampu bersenyawa cepat dengan berbagai kalangan, khususnya masyarakat bawah, yang berdampak terhadap kelancaran proses penyebaran ajaran Agama Islam.
Filosofi Kehidupan
Terdapat beberapa hal filosofi kehidupan Sunan Kalijaga yang perlu menjadi renungan kita bersama. Jika pesan-pesan falsafah hidup Sunan Kalijaga ini kita pegang dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, Insya Allah, kita akan dapat selamat di dunia dan akhirat.

Isi filosofi kehidupan Sunan Kalijaga antara lain adalah:
”Lamun sira menek, aja menek andha, awit lamun sira menek andha –sira ancik-ancik untu lan tekan ndhuwur, sira ketemu alam suwung. Nanging lamun sira menek, meneka wit galinggang, sira bakal ngliwati tataran, lan ngrangkul (ngrungkepi) wit galinggang. Tekan ndhuwur sira – ketemu apa? Sira bakal ketemu woh, ya wohing galinggang.

Wohing galinggang wiwit saka ing jeroning mancung, ya kuwi manggar, sakwise kuwi dadi bluluk, terus cengkir, deghan, njur kerambil/kelapa. Perangan njaba, sira ketemu apa? Sira ketemu tepes, sing watake enteng. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu batok (tempurung) sing watake atos (teguh dalam prinsip). Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu jatine wohing galinggang. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu banyu ya banyu perwito sari. Ing sak jerone banyu, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu rasa, ya jatining rasa (rasa rumangsa). Lamun sira menek maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu janur sing tegese jatining nur, ya nur muhammad

Makna untuk Kehidupan
Adapun yang dimaksud dengan Wit Galingga adalah Pohon Kelapa. Kenapa pohon kelapa yang dijadikan contoh? Karena Pohon Kelapa itu mulai dari akarnya yang paling bawah sampai ujung daunnya yang disebut janur semuanya bermanfaat. Pohon Kelapa juga sangat kokoh dan kuat tidak pernah roboh.
Kalau kita memanjat Pohon Kelapa maka kita akan medapatkan buahnya. Kita akan bertanggung jawab, tidak sombong, tidak mudah jatuh, kita ikuti tataran yang ada dalam batang kelapa itu, kita akan selalu terus ke atas, kita akan memanjat dengan hati-hati sampai ke atas.
Lantas apa itu Tataran yang dimaksud dalam falsafah hidup Sunan Kalijaga di atas? Tataran itu dapat dimaknai sebagai aturan-aturan yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan- peraturan dunia yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di akhirat, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan akhirat yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia dan akhirat, kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan yang berlaku di dunia dan akherat.
Buah kelapa menggambarkan secara kronologis kehidupan manusia dari mulai manggar diibaratkan janin, bluluk bermakna bayi, cengkir bermakna balita, deghan bermakna remaja, dan kerambil / kelapa bermakna dewasa. Falsafah ini memberi pencerahan makna hidup manusia yang harus dijalankan secara hati-hati, dari mulai janin sampai dewasa. Karena pada setiap tahapan tersebut bisa saja terjadi musibah dari yang kecil sampai meninggal dunia. Untuk itu kehati-hatian ini harus dijabarkan dalam mempersiapkan diri pada hidup dan kehidupan di dunia. Yaitu selalu berpegang teguh pada aturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar selamat di dunia. Sejalan dengan itu juga berpegang teguh pada aturan keagamaan berdasarkan Al Qur’an dan hadist agar selamat di akhirat nanti. Kalau pegangan tersebut dilaksanakan secara konstisten dan konsekuen maka manusia tidak perlu gentar menghadapi takdir kematian kapan saja karena sudah siap untuk hidup dunia akhirat.
Dalam memanjat pohon kelapa, kita musti bekerja keras, hati-hati dan disiplin menelusuri tataran pohon kelapa untuk mencapai puncak hingga dapat menggapai buah pohon kelapa yang dapat diambil kemanfaatannya. Hal itu dapat kita petik hikmah bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan-peraturan dunia maupun akherat – dan hati-hati untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, dan kemamkmuran kita, masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, implementasi filosofi kehidupan Sunan Kalijaga sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju tercapainya kesejahteraan, ketentraman, kedamaian, dan kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Intisarinya adalah, kita sebagai bangsa harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan dunia maupun akherat – dan hati-hati (tidak ceroboh) dalam menjalankan kehidupan demi tercapainya esensi rahmatan lil ’alamiin, tujuan berbangsa dan bernegara, di bumi nusantara tercinta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

F.SUNAN KUDUS
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran / padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, beliau memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, beliau sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Dengan sedikit paparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bukan hanya berdakwah saja yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, beliau juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Cara berda’wanya pun elastis, banyak improfisasi, dan menghormati pemeluk agama yang lain. Metode itulah yang seharusnya kita implementasikan dalam berda’wah, tidak menghukumi orang seenak sendiri, mengkafirkan orang yang tidak sefaham dan sebagainya.

G. SUNAN GUNUNG JATI
Metode Da’wah Sunan Gunung Jati
Kebudayaan pada prinsipnya merupakan media yang memungkinkan pendidikan dapat berlangsung dengan sukses. Colletta seorang ahli antropologi pendidikan dari Amerika, mengatakan bahwa kebudayaan itu memiliki :
1. Legitimasi tradisional.
2. Simbol-simbol dan bentuk komunikasi yang paling dikenal dan dihargai masyarakat
3. Aneka ragam fungsi yang dapat dijadikan sarana untuk perubahan masyarakat (Usman Pelly 1992).
Oleh sebab itu pendidikan akan berhasil, apabila dalam pendidikan mengembangkan bentuk-bentuk komunikasi tradisional. Dengan komunikasi tradisional, Sunan Gunung Jati telah mampu membentuk suatu budaya cara tersendiri dalam menyebarkan agama Islam. Beliau sebagai individu merupakan kreator sekaligus manipulator dalam menciptakan kebudayaan, dalam arti beliau mampu membuat metode khusus dalam berda’wah.
Sebagai anggota Wali Songo dalam berda’wahnya SGJ menerapkan berbagai metode dalam proses Islamisasi di tanah Jawa. Adapun ragam metode da’wahnya menurut Dadan Wildan (2003) adalah sebagai berikut:
1. Metode mau’idhatul hasanah wa mujadalah billati hia ahsan. Dasar metode ini merujuk pada al-Quran surat An-Nahl ayat 125
2. Metode Al-Hikmah sebagai sistem dan cara berda’wah para wali yang merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara populer, atraktif, dan sensasional. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara masal, kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum.
3. Metode Tadarruj atau Tarbiyatul Ummah, dipergunakan sebagai proses klasifikasi yang disesuaikan dengan tahap pendidikan umat, agar ajaran Islam dengan mudah dimengerti oleh umat dan akhirnya dijalankan oleh masyarakat secara merata. Metode ini diperhatikan setiap jenjang, tingkat, bakat, materi dan kurikulumnya, tradisi ini masih tetap dipraktekan dilingkungan pesantren.
4. Metode pembentukan dan penanaman kader serta penyebaran juru da’wah ke berbagai daerah.
5. Metode kerja sama, dalam hal ini diadakan pembagian tugas masing-masing para wali dalam mengIslamkan masyarakat tanah Jawa. Misalnya Sunan Gunung Jati bertugas menciptakan do’a mantra untuk pengobatan lahir batin, menciptakan hal-hal yang berkenaan dengan pembukaan hutan, transmigrasi atau pembangunan masyarakat desa.
6. Metode musyawarah, para wali sering berjumpa dan bermusyawarah membicarakan berbagai hal yang bertalian dengan tugas dan perjuangan mereka. Sementara dalam pemilihan wilayah da’wahnya tidaklah sembarangan, dengan mempertimbangkan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya.
Pelajaran yang bisa diambil dari metode da’wah Sunan Gunung Jati
Metode adalah cara menyampaikan pengajaran untuk membantu siswa mencapai tujuannya dalam belajar. Guru harus mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam mencapai kemandirian belajar, serta mampu membentuk sikap belajar untuk mempelajari sesuatu. Profil siswa menuntut guru untuk menguasai ilmu yang diajarkannya dan memahami karakteristik siswanya serta berwawasan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang.
Pendekatan pembelajaran aktif dan bermakna, bertumpu dari peningkatan aktivitas. Hal ini terkait erat dengan tujuan pendidikan nasional untuk pembangunan manusia seutuhnya yang mampu berdiri sendiri dan mampu bertanggung jawab atas pembangunan sesamanya.
Tujuan pembangunan nasional tersebut akan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar, yang merupakan interaksi antara guru dan siswanya dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dalam interaksi tersebut guru hendaknya menaruh pertimbangan yang kuat atas keunikan dan keragaman siswa. Seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi. Menurut Mulyani Sumantri (2002) mengatakan : “metode apapun yang digunakan guru hendaknya menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar serta tercapainya prestasi belajar siswa yang memuaskan, karena mereka benar-benar aktif melalui PBM yang bermakna”.
Untuk mewujudkan amanah diatas bukanlah hal yang bebas nilai, karena pendidikan tidak sewajarnya hanya diarahkan pada pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi atau kemahiran dan keakhlian tertentu. Tugasnya adalah membangun diri pribadi sebagai penanggung eksistensi, pengukuhan diri pribadi sebagai kesejatian berhubungan dengan pembentukan identitas diri yang mantap.
Oleh karena itu para pengajar baik guru atau dosen memahami metode da’wahnya Sunan Gunung Jati dalam mendidik dan mengajar sehingga terbentuk insan yang Imtaq dan menguasai iptek dengan mantap. Walaupun metode da’wah SGJ itu “tradisional”, namun masih relevan pada saat sekarang, misalnya metode yang pertama bila dipergunakan oleh guru dalam semua bidang studi akan banyak membawa manfaat.
Adapun Ibroh atau pelajaran yang bermanfaat dari metode berda’wah dari SGJ yang layak untuk diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita diantarannya adalah:
1. Menyeru manusia (murid) menuju jalan yang diridhoi Alloh AWT. Kepada mereka diberikan keterangan, pemahaman, dan perenungan tentang Islam, bertukar pikiran dari hati ke hati, penuh toleransi dan pengertian dari pihak pengajar kepada muridnya.
2. Sebagai upaya mengenalkan adanya Alloh SWT sedini mungkin, kalau nilai agama sudah kuat dimiliki anak didik, pelajaran apapun tidak akan menjadi masalah dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan
3. Bila semua mata pelajaran disampaikan kepada murid atau siswa atau mahasiswa berdasarkan metode da’wahnya SGJ yang berlandaskan pada agama, akan mendekati kebenaran yang mutlak.
4. Pendidikan nasional harus mengakar pada kebudayaan nasional, yang merupakan hasil karya dari bangsa Indonesia sendiri, mengandung ciri ciri khasnya orang Indonesia dan menjadi kebanggaan

H. SUNAN MURIA
Sunan Muria adalah salah satu bagian dari Wali Songo. Dari caranya memilih lokasi padepokan, Sunan Muria menjadi wali yang paling eksotik. Padepokan itu terletak di kaki Gunung Muria, Jawa Tengah, tepatnya di Colo, yang dari kakinya sendiri masih harus mendaki jalan melingkar sepanjang 7 kilometer. Disebut kaki gunung, tapi posisinya berada di suatu puncak.
Sejarawan De Graaf dan Pigeaud berdasarkan sumber-sumber literer menyatakan dalam Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa (1974) bahwa semula Demak merupakan sebuah distrik yang “terletak di pantai selat yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak lagi dapat dilayari setiap saat.”
Dalam bukunya yang lain, Disintegrasi Mataram di Bawah Mangkurat I (1961), De Graaf masih mencatat, “… residen ini dengan sebuah kapal kecil melewati daratan yang tergenang air di sebelah selatan Muria.” Dengan begitu, jika memang Sunan Muria hidup di abad XV, berarti ia menyeberangi selat itu lebih dahulu, sebelum mendaki sampai ke puncak Colo untuk mendirikan padepokannya.

Jangan Jadi Maling Kopo
Dalam legenda Maling Kopo, dikisahkan bahwa Sunan Muria menghadiri pesta tasyakuran (syukuran) di Juwana yang diadakan Ki Ageng Ngerang, kakek Juru Martani yang kelak akan menjadi pendukung penting Sutawijaya dalam mendirikan Kerajaan Mataram.
Konon pesta yang dihadiri murid-muridnya itu untuk mensyukuri tercapainya usia 20 dari putri Ki Ageng, yakni Dewi Roroyono. Adalah putri tersebut yang menghidangkan makanan dan minuman, yang membuat salah seorang muridnya, Adipati Pethak Warak, terpesona begitu rupa sehingga menculiknya malam itu juga dan membawanya ke Mandalika di wilayah Keling. Tentu saja ini membuat Ki Ageng murka. lantas menyayembarakan putrinya tersebut: Barangsiapa mampu mengembalikan Roroyono boleh menjadi suaminya. Sunan Muria yang mengajukan diri untuk merebut Roroyono, bukan karena bermaksud memperistri, melainkan sekadar membantu gurunya, karena ia sendiri juga sudah menikah.
Ketika ia berangkat, di jalan bertemu dengan dua bersaudara murid-murid Ki Ageng, yakni Genthiri dan Kopo. Mereka berdua langsung menawarkan bantuan, untuk menggantikan Sunan Muria, dan jika berhasil Roroyono tetap menjadi istri Sunan Muria.
Alhasil, dengan bantuan orang sakti bernama Wiku Lodhang Datuk, Roroyono berhasil diambil kembali. Apa boleh buat, malah sekarang Kopo tersebut jatuh cinta kepada Roroyono sampai jatuh sakit. Padahal, Roroyono sudah diperistri Sunan Muria. Prihatin atas penderitaan adiknya, Genthiri berangkat ke Muria bermaksud merebut Roroyono, tetapi ia tewas dalam adu kesaktian melawan murid-murid Sunan Muria. Mendengar berita ini, Kopo berangkat menyusulnya ketika Sunan Muria dan murid-muridnya turun gunung. Setelah berhasil menculik Roroyono, Kopo dengan cerdik membawanya ke Pulau Seprapat, tempat Wiku Lodhang Datuk bermukim. Namun orang sakti itu tidak bersedia membantunya, sehingga ketika murid Sunan Muria yang mengejarnya tiba, Kopo hanya bisa memberi perlawanan sebentar sebelum mati terbunuh. Sejak saat itu, istilah “Maling Kopo” diberikan kepada mereka yang membawa lari perempuan untuk dipaksa jadi istrinya.
Dari legenda ini, kita dapat meng-implementasi-kannya ke dalam kehidupan kita, agar kita “Jangan Jadi Maling Kopo” (orang yang membawa lari perempuan untuk dipaksa jadi istrinya)

I.MAULANA MALIK IBRAHIM
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah – kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Cara – cara inilah yang sekarang diimplikasikan oleh kebanyakan politikus kita dalam kehidupan berpolitk praktis untuk menggalang massa sebanyak – banyaknya dengan berkedok pada jargon “berpihak pada kawulo alit, wong cilik, dekat dengan rakyat dan sebagainya” demi mendapatkan dukungan dan simpati rakyat, dari yang hanya sekedar untuk memenangkan partainya, meraih kekuasaan sampai dengan yang benar – benar memperjuangkan aspirasi dan nasib rakyat.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Dalam membangun negara hendaknya kita merujuk pada strategi yang telah dilaksanakan oleh walisongo, yaitu saling menghormati satu dengan yang lain, selalu bermusyawarah, berpegang teguh pada ajaran agama agar selalu mendapatkan bimbingan Tuhan YME., memperhatikan masyarakat kecil, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi maupun golongan.
2. Jika sebagai seorang pemimpin kita tidak boleh adigang adigung adigono, artinya tidak boleh bertidak semaunya sendiri.
3. Keberadaan lembaga pesantren semenjak kehadirannya dalam masyarakat Indonesia yang dibangun untuk pertama kali oleh Wali Songo telah merebut hati orang-orang untuk berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dengan metode da’wahnya Wali Songo mampu merubah tatanan masyarakat yang tadinya jahiliyyah menjadi yang Islami.
4. Saat ini pendidikan pesantren terus berkembang, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, namun kegiatan belajar mengajar sebagai ciri tradisional pesantren yang khas tetap dipertahankan. Peran para ulama, Kiyai, Ustadh walaupun berpendidikan modern, hendaknya tetap mempertahankan metode da’wah yang telah dirintis oleh para pendahulunya, sehingga pesantren tetap steril dari hal-hal yang sifatnya munkarot.
5. Bila kita merasa bahwa dunia persekolahan “gagal” dalam mendidik anak, sebagaimana cita – cita bangsa Indonesia yaitu “Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya”, mengapa kita tidak mencoba untuk melirik cara-cara pendidikan yang dilakukan di pesantren ?. Walaupun tradisional mestinya kita mencobanya. Insya Alloh, semoga Alloh SWT memberikan jalan dan petunjuk ke arah itu. Amiin.

Ugeman Urip



Arti Makna Memayu Hayuning Bawono


 Disini akan kami coba sampaikan inti sari buku Memayu Hayuning Bawono yang di tulis oleh Bapak DR. Budya Pradipta yang pernah juga disampaikan di Global Summit (Pertemuan Puncak Dunia) sebagai agenda for Action bagi United Religions Inisiative. Bagi Bangsa Indonesia peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah dan prestasi yang luar biasa, karena baru pertama kali dalam sejarah kehidupan Manusia Indonesia, bahwa Memayu Hayuning Bawono diterima oleh Dunia International sebagai agenda tindakan.
United Religions percaya bahwa maksud dan tujuan lembaga kemanusiaan dan sistem sosial adalah Memayu Hayuning Bawono (MHB): “Mengusahakan Keselamatan, kebahagiaan, dan Kesejahteraan Hidup di dunia. Ini kita interpretasikan sebagai peningkatan dan menyebarluaskan, kesejahteraan, pengembangan kerohanian dan kesucian dalam keluarga, masyarakat, budaya dan jaringan planet hidup.
Selanjutnya MHB secara formal telah diterima oleh masyarakat dunia sebagai pedoman, pegangan, paradigma, acuan dunia yg memberikan tanda awal bahwa Indonesia sedang diproses oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi pusat, obor dan pemimpim dunia di bidang ilmu Ketuhanan YME denga laku Memayu Hayuning Bawono. Salah satu dosen Bp. Samoed Sastrowardoyo (alm) dibertahu oleh seorang temannya futurolog Cina pada tahun 1926, bahwa Indonesia akan menjadi pusat dunia di bidang Kerohanian dan seseorang juga pernah menerima petunjuk sekitar tahun 1940 Indonesia menjadi aboring jagag ( obor dunia). Tanda ini sering pula diterima oleh pini sepuh kita, baik di masa lalu, maupun di masa sekarang.
Kata Memayu berasal dari kata hayu (cantik, indah atau selamat) dengan mendapat awalan ma menjadi mamayu (mempercantik, memperindah atau meningkatkan keselamatan) yg diucapkan sering-sering sebagai memayu.
Kata Hayuning berasal dari kata hayu dengan mendapatkan kata ganti kepunyaan ning (nya) yg berarti cantiknya indahnya atau selamatnya (keselamatannya) terjemahan bebasnya dari memayu hayuning : mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan.
Kata Bawono berarti dunia dalam pengertian dunia batin, jiwa atau rohani. Sedangkan untukpengertian lahiriah ragawi, atau jasmaniahnya dipergunakan kata buwono yg berati dunia dlm arti fisik. Bawono terdiri dari tiga macam arti dan makna yaitu :
- Bawono Alit (kecil) yg bermakna pribadi dan keluarga
- Bawono Agung (besar) yg berati masyarakat, bangsa, negara dan international (global)
- Bawono Langgeng (abadi) adalah alam akhirat

Secara keseluruhan terjemahan bebas dari Memayu Hayuning Bawono adalah mengusahakan (mengupayakan) Keselamatan, Kebahagiaan, dan Kesejahterann Hidup di Dunia. Sepi ing pamrih, Memayu Hayunig Bawono (credo) Sepi ing pamrih rame ing gawe, Sastro Cetho Harjendro Hayuning Bumi

Filosofi Wong Jowo


http://2.bp.blogspot.com/-5qoVKP0cdoc/Ti41LWP_8RI/AAAAAAAABEE/-017lpvR7Yw/s1600/lukisan2.jpg


MAKNA DAN ARTI HIDUP

 (Filosofi Orang Jawa)




 ORANG JAWA PADA ZAMAN DAHULU SELALU MENGGUNAKAN FILOSOFI/ UNEN-ENEN UNTUK MENATA HIDUP, DAN MENERAPKANNYA DALAM KESEHARIAN, MAKA DARI ITULAH ORANG JAWA DAHULU TERLIHAT LEBIH SANTUN DARI PADA JAWA SEKARANG YANG TELAH MEJADI JAWA MODERNISASI, YANG LEBIH MENGUTAMAKAN EGO DAN KESENANGAN SENDIRI KARENA HANYA MEMPELAJARI PENDIDIKAN DALAM BANGKU SEKOLAH SAJA, MUNGKIN PERLU ADANYA PEMBELAJARAN PADA PEMUDA-PEMUDI DI JAWA SEKARANG, TENTANG MAKNA DAN ARTI HIDUP YANG SEJATI DENGAN BANTUAN FILOSOFI JAWA TERSEBUT. KATA ORANG TUA DULU YANG SERING TERLONTAR BUAT ANAK-ANAK MUDA SEKARANG WONG JOWO NANGING RA JAWANI YANG ARTINYA ORANG JAWA TAPI TIDAK MENGERTI DAN MEMAHAMI MAKNA DAN TATANAN JAWA DWIPA. DAN INI SEDIKIT FILOSOFI JAWA, MUNGKIN BISA MENGINGATKAN DAN MEMBUKA HATI PARA MUDA-MUDI JAWA TENTANG KEINDAHAN JAWA DENGAN FILOSOFINYA.

1.  Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2.  Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

3.  Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

4.  Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

5.  Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

6.  Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).

7.  Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

9.  Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

10. Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

12. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera).

13. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)

14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

15. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).

16. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

17. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

18. Memayu hayuning bawana (melindungi bagi kehidupan dunia)

19. Sukeng tyas yen den hita (suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran)

20. Jer basuki mawa beya (keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)

21. Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi (nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya)

22. Ajining sarira dumunung ing busana (nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya)

23. Amemangun karyenak tyasing sesama (membuat enaknya perasaan orang lain)

24. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi (Gejolak jiwa tidak bisa meruba kepatian)

25. Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa (Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)

26.  Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti( kemarahan dan kebencian akan terhapus / hilang oleh sikap lemah lembut)

27. Tan ngendhak gunaning janma (tidak merendahkan kepandaian manusia)

28. Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe (sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari2 papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine )

29. Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru,(sudah sakti tanpa ‘pegangan’ / maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. )

Rabu, Februari 13, 2013

TUGAS ORGAN TUBUH


FUNGSI ORGAN & KELEMAHANNYA

HATI
Fungsi HATI : mengontrol emosi, mengontrol dan menyimpan darah nenguasai otot, kuku. Mudah diserang angin
* Kuku – pecah-2, mudah patah, kering dan berlekuk
* Fikiran – tidak mood, tegang, emosi, mudah tersinggung dan frustasi
* Sendi – mudah sakit sendi, kram dan kejang
* Energi – lemah, energi mudah habis .

Mata :
- mata merah
- mata kuning
- mata berpasir
- mata buram
- mata kering

Hati – panas.
* Mata mereh bengkak.
* Nyeri dan panas di dada.
* Susah tidur.
* Mulut kering.
* Air kencing kuning, kemerahan.

Hati – dingin.
* Turun berok/ hernia.
* Mata kabur.
* Otot-otot kesemutan.
* Tremor kaki dan tangan.
* Lumpuh kaki dan tangan kejang.
* Mata mulut kering

Hati terserang angin.
* Pusing.
* Otot-otat kesemutan.
* Tremor kaki, tangan.
* Lumpuh.
* Mata dan mulut miring

Energi Hati tersumbat.
* Perasaan tertekan.
* Mudah marah.
* Sakit kepala.
* Pusing.
* Sering narik nafas.
* Nyeri daerah iga.
* Nafsu makan kurang.
* Perut samping terasa penuh.
* Haid tidak teratur.
Ketidakharmonisan pada hati dan kantong empedu menimbulkan perasaan marah, ambisius, agresif, gelisah, mudah infeksi, berbagai masalah mata, sakit kepala, masalah tekanan darah, batuk

JANTUNG

Fungsi JANTUNG : mengatur peredaran darah, pikiran, merupakan pusat kehidupan manusia.
* Lidah : berwarna merah muda
* Telapak tangan : berkeringat
* Kulit : rusak / kering dan bersisik
* Tubuh : kering / keriput / rusak / bersisik

Jantung – dingin.
* Berdebar-debar.
* Banyak mimpi.
* Mudah kaget.
* Daya pikir menurun.
* Dada dan punggung sering berkeringat.

Jantung panas.
* Terasa panas didada.
* Muka dan mata kemerah-merahan.
* Muntah darah.

Jantung Lemah
* Rasa khawatir berlebihan.
* Otot-otot lemah.
* Tidak nafsu makan.
* Kurus.
* Banyak mimpi.
* Sesak nafas.
* Susah tidur.
* Pingsan.
Ketidak harmonisan pada jantung dan usus kecil menimbulkan perasaan tidak bahagia, tidak sabar, sulit tidur, sulit konsentrasi, suara serak, badan terasa dingin, halunisasi.

LIMPA

Fungsi LIMPA : Mengangkut sari makanan dan minuman yang sudah diolah lambung disalurkan keseluruh tubuh. Menormalkan peredaran darah. Mempunyai hubungan dengan otot.
Limpa Lambung dihubungkan dengan mulut
Kelemahan : Hilang selera makan, Kurang daya ingat,Sering demam panas

Limpa Dingin.
* Mudah lelah, ngantuk.
* Susah BAB.
* Anggota gerak lemah.
* Perut kembung.
* Sakit uluhati.
* Diare. Takut lembab
* BAK terganggu.
* Udema.
* Kaki tangan dingin.

Limpa -panas.
* Kurus.
* Muka kekuningan,
* bibir pucat.
* BAB susah.
* Ujung lidah merah

LAMBUNG
Fungsi LAMBUNG : Mengolah makanan dan minuman

Lambung – Dingin
* Sakit perut ,
* Muntah cairan.
* Perut kembung
* Bila sakit perut hebat, tangan dan kaki terasa dingin,Takut kering

Lambung, Panas.
* Haus.
* Badan terasa panas
* Muntah-muntah
* Mulut bau tak sedap
* Gusi bangkak, berdarah
* Senang makan, badan kurus, nyeri lambung.

Lambung, Lemah:
Ulu hati kembung,Terasa nyeri di lambung sesudah makan sembuh. Sering berdahak, BAB tak teratur,Cekukan
Ketidakharmonisan pada limpa dan lambung menimbulkan perilaku banyak keluhan/penyesalan, ceroboh, diare tanpa sebab, hilang nafsu makan, masalah pencernaan, sulit tidur, sulit konsentrasi.

USUS KECIL
Fungsi USUS KECIL : Menampung makanan dan mimuman dari lambung sebagian dikirimkan keselaruh tubuh, sebagian ke usus kecil.

Usus Kecil – Dingin
Sakit perut kedua belah sisi perut, Diare,Sering BAK tidak lancar dan sedikit.

Usus Kecil -panas
Air kencing kemerah-merahan,Sakit perut bawah bagian samping sampai kealat kelamin dan pinggang.

USUS BESAR
Fungsi USUS BESAR : Menampung apa yang disalurkan oleh usus kecil, kemudian Usus basar menyalurkan kotoran.

Usus Besar- Dingin
* Sakit perut
* Diare, Usus berbunyi
* Sering kaki tangan dingin
* Tenggorokan tersumbat

Usus Besar – Panas
* Sakit perut menolak tekanan
* Susah BAB, Diare
* Kotoran bau busuk
* BAB campur darah
* Panas disekitar anus

KANDUNG EMPEDU
Fungsi K.EMPEDU : Menyimpan cairan empedu sebagai cairan pembersih bagian tengah tubuh. Menentukan pertimbangan pikiran.

Kandung Empedu dingin
* Gelisah susah tidur
* Mudah kaget dan terbangun
* Pusing, Muntah-muntah

Kandung Empedu-Panas
* Sakit kedua samping kepala
* Pusing,Mata kabur
* Telinga berbunyi
* Emosional,Dada sesak
* Nyeri iga,Badan panas dingin, dan mulut pahit

Kandung.Empedu lemah
Sering menarik nafas panjang, Sering berludah

PARU-PARU
Fungsi PARU-PARU :
* Memproses udara dan sari makanan yang di angkut limpa untuk dijadikan energi vital.
* Melancarkan peradaran darah.
* Punya hubungan dengan hidung kulit, pori-pori

Paru-Paru Panas
* Batuk
* Athma/flu
* Lendir kuning/+ darah dan pekat
* Sesak nafas
* Hidung tersumbat
* Kulit kering
* Badan panas

Paru-Paru Dingin
* Lendir putih cair
* Nafas lemah
* Muka pucat
* Asthma.
* Batuk
* Mudah keluar keringat
* Mudah masuk angin
* Suara lemah.
* Banyak riak putih encer.
* Takut dingin.
* Penyakit berat tidak bisa berbaring.
Paru paru pemimpin udara & Jantung pemimpin darah
* Zat makanan dari perut dikirim ke paru paru oleh limpa dan di campur dengan oksigen diparu paru sehingga terjadinya tenaga.
* Tenaga kedua datang dari ginjal sehingga kedua organ tersebut dapat bekerja dengan maksimal

Energi paru lemah
* Nafas lemah.
* Muka pucat, mata kabur.
* Suara lemah.
* Batuk, badan panas.
* Mudah keluar keringat.
* Mudah masuk angin
Ketidakharmonisan pada paru-paru dan usus besar menimbulkan perasaan sedih, pesimis, pemurung, depresi, cepat lelah, masalah kulit, rambut dan kuku.

GINJAL

Fungsi GINJAL : penyimpan energi vital mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Punya hubungan dengan tulang dan sumsum. Membentuk sumsum, otak, dan tulang belakang. Memelihara telinga, rambut, anus, alat kelamin, dan berhubungan dengan telinga dan pendengaran

Ginjal Dingin
* Impoten,Lemah syahwat
* Rasa dingin dibawah pinggang
* Ginjal dalam keadaan panas
* Telinga berbunyi
* Gigi serasa mau copot.
* Telapak tangan dan kaki panas.

Ginjal Panas
* Pinggang dan tungkai lemah
* Susah tidur di malam hari
* Mulut kering tengah malam
* BAK sedikit, Air kencing kemerah-merahan
Otak dan sumsum tulang berasal dari energi yang disimpan didalam Ginjal yang berasal dari makanan dan minuman. Kalau sumsum tulang dan otak kekurangan energi akan muncul beberapa keluhan.
Ketidakharmonisan pada ginjal dan kantong kemih menimbulkan perasaan cemas, ketakutan, nafas pendek, jerawatan, sariawan, sering flu, asma, gelisah (depresi)

KANTUNG KEMIH
Fungsi KANTUNG KEMIH : Menampung dan membuang air kencing

K. Kemih- Dingin
* BAK sering sekali, sedikit sedikit.
* Sering ngompol
* Telinga berbunyi
* Pusing breputar-putar
* Impoten, tak bergairah seks

K. Kemih -Panas
* BAK sedikit-sedikit, tertahan-tahan
* Warna urine kuning kemerahan
* Kadang-kadang kencing nanah

TRI PEMANAS
ungsi FTRI PEMANAS : Menyebarkan cairan hasil pengolahan makanan dan minuman. membuang ampasnya. Mengatur peredaran cairan dalam tubuh bersama ginjal, kantong kemih, paru-paru, dan jantung

Ruang atas dingin
* Gelisah
* Nafas pendek
* Suara lemah

Ruang atas panas
* Dada sesak
* Dahi berkeringat
* Tenggorokan bengkak

Ruang Tengah Dingin
* Sakit perut, Diare
* Usus berbunyi,Kembung
* Suka ditekan

Ruang Tengah Panas
* Perut kembung
* Muntah-muntah
* Gangguan pencernaan

MARAH
Kemarahan tanda adanya halangan dalam Organ Hati .
Fisik maupun Psikis, Marah mempunyai sifat positif maupun negatif, tergantung memerankannya.
Penyakit hipertensi, pendarahan otak/stroke, berteriak-teriak, menjerit, menangis, histeris, dapat melakukan pembunuhan atau bunuh diri dalam keadaan terdesak.
“Orang yang terbaik adalah orang yang dapat menahan amarahnya”

SEDIH
Kesedihan merusak Paru-paru, fungsi regenerasi energi juga terganggu, maka kesedihan berlarut akan menyebabkan tubuh banyak kehilangan tenaga.
Darah tidak mendistribusikan nutrien, zat asam keseluruh tubuh, penurunan drastis.
Kesedihan melampaui batas akan menyebabkan depresi, hilang semangat, mengurangi energi paru-paru.
Hal yang dirasakan : nafas pendek, batuk kering, dada terasa penuh, juga mengakibatkan tubuh mudah terserang patogen luar.

TERKEJUT
Terkejut yang berlebihan melukai Ginjal dan Jantung. Mudah terkejut disebabkan oleh fungsi Jantung yang lemah.
Kaget yang datang mendadak dapat mengakibatkan fungsi energi menjadi kacau, hilangnya keseimbangan antara energi dan darah di jantung
Hal yang dirasakan : bingung, tidak tenang, menimbulkan kelainan jiwa, Jantung akan berdebar lebih kencang, cepat sehingga beban Jantung akan berlebihan.

GEMBIRA
Gembira adalah emosi yang positif, ungkapan kebahagiaan, dapat mengendurkan ketegangan, melancarkan peredaran darah.
Jika terjadi tiba-tiba dan berlebih dapat membakar fungsi psikis dan fisiologi , akan menghabiskan vitalitas dan energi Jantung, yang menguasai semangat.
Tak mampu mengendalikan diri dari kegembiraan yang meluap-luap, tidak dapat tidur dll, dapat merusak keseimbangan energi Ginjal, Jantung dan Paru-paru, dapat menyebabkan kematian mendadak.

TAKUT
Takut merupakan ketegangan mental, Takut adalah ungkapan gugup yang dipengaruhi Ginjal Bila berlarut-larut maka energi Ginjal akan lemah.
Takut berlebihan organ yang diserang terutama Ginjal dan Limpa, Ginjal menjadi tertekan dan lemah tidak dapat mengendalikan pengeluaran air seni dan terjadinya mencret tanpa disadari.
Hal yang dirasakan : orangnya menjadi sering kencing urine jernih diikuti diare sehingga akan banyak kehilangan cairan tubuh akibatnya menjadi lemah lunglai, daya pikir menurun, mudah lupa, mudah putus asa dan tidak bersemangat sehingga tidak berani menghadapi keadaan apa saja (phobia / gamang), malas belajar dll

PELAMUN/PEMIKIR
Pusat pengendalian hidup terletak pada pikiran, pikiran merupakan fungsional Jantung, jika melampaui batas akan mengganggu limpa.
Kacau pikirannya, obsesif, kecemasan, pikiran kalut dll. merusak Limpa,fungsi transportasi, pencernaan dan mengendalikan fungsi gerakan otot-otot.
lemah dan ingin berbaring terus akibat sel tonus sel-sel otot menjadi kendur.
Hal yang dirasakan : Gangguan pencernaan, tak nafsu makan, diare, rasa berat , perut kembung, kepala terasa berat dan nyeri kepala karena tenaga ada di pusat pikiran / otak ikut penuh

KHAWATIR
Keadaan khawatir terjadi gangguan peredaran darah yaitu perjalanannya menjadi lambat, khawatir berlebihan maka perjalanan darah jadi terhenti, tersumbat tak dapat mengalir lagi, akan melukai Paru-paru dan limpa,
Kekuatiran yang berkepanjangan dapat mengakibatkan Jantung terlalu membara, timbul gejala tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar dan banyak curiga.
Hal yang dirasakan : nyeri hipokondrium, tidak nafsu makan dan perut kembung.