Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan
“Artinya
: Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah
wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah
menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran
emas dan perak”. [1]
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi
cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung
pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi
justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu,
agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan
marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
Wasiat yang ada dihadapanmu ini
disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu
Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu
diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
Selagi engkau memperhatikan kandungan
Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat
dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar,
sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Dan, di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.
Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal
itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak
bersyukur”. [Asy-Syura : 32-33]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah
memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah
: 177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang
sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
“Artinya : Dan, Allah mencintai
orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik
daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang mereka kerjakan”. [An-Nahl : 96]
“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. [Az-Zumar : 10]
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa
keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik
orang-orang yang sabar.
Firman Allah.
“Artinya : Sedang para malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :’Salamun ‘alaikum
bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” [Ar-Ra'd : 23-24]
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi
orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan
orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?.
Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan
orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat
kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa
kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”. [2]
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu
menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan
memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka
cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini.
“Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash
Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah,
siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi,
kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji
menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya
juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji
menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia
meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada
dirinya”.[3]
“Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudry
Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan
beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku
berkata.’Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi’. Beliau
berkata :’Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala
juga ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya.’Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab. ‘Para nabi. Aku bertanya.
‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.’Kemudian orang-orang
shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan,
sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali
(tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka
sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu
yang senang karena kemewahan”. [4]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia
berkata. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas
diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua
Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun”. [5]
Selagi engkau bertanya :”Mengapa orang
mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?”.
Dapat kami jawab :”Sebab Rabb kita hendak
membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya.
Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia
mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud.
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata.”Aku memasuki tempat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata.’Wahai Rasulullah,
sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata.”Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang
sedang demam”.
Abdullah bin Mas’ud berkata.”Dengan begitu
berarti ada dua pahala bagi engkau ?”
Beliau menjawab. “Benar”. Kemudian beliau
berkata.”Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga
lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit
itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. [6]
Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah
Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata.
“Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa
sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan
Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya”. [7]
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri
karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan
bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar
termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak
ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya
tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. “Kehidupan
yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran”.
Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah
dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.
Perhatikanlah riwayat berikut ini.
“Artinya : Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia
berkata. “Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu
seorang wanita penghuni sorga .?. Aku menjawab. ‘Ya’. Dia (Ibnu Abbas) berkata.
“Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, seraya berkata.’Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka
berdoalah bagi diriku. Beliau berkata.’Apabila engkau menghendaki, maka engkau
bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa
berdo’a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat’. Lalu wanita itu
berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya (auratku)
terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak
terbuka’. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut”. [8]
Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih
untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang
mestinya engka ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan
sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita
muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih
besar.
Dari Anas bin Malik, dia berkata.”Aku
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
“Artinya : Sesungguhnya Allah
berfirman.’Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya
lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga” [9]
Maka engkau harus mampu menahan diri
tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh
pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata
kepadanya.”Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang
yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?”
Sebagian orang Salaf yang shalih berkata
:”Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia
mengadukan Rabb-nya”.
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan
membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu
merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari
Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada
teman atau tetangga.
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat
kita pernah berkata. “Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan
musibah, menyembunyikan merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan
menyembunyikan sakit”.
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany
pernah berkata.’Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata.’Syuraih
mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia
memegang tanganku seraya berkata.’Wahai anak saudaraku, janganlah engkau
mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas
dari kedudukannya sebagai teman atau lawan.
Kalau dia seorang teman, berarti engkau
berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia
akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,’sambil
menunjuk ke arah matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa
melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku
tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah
engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :”Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah
Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya
Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk
dimintai do’a”. [Al-Aqdud-Farid, 2/282]
Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata.
“Apabila Allah telah menetapkan suatu taqdir,maka yang paling dicintai-Nya
adalah meridhai taqdir-Nya”. [Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125]
Perbaharuilah imanmu dengan lafazh La
ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu.
Janganlah sekali-kali engkau katakan :”Andaikan saja hal ini tidak terjadi”,
tatkala menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari
sisi Allah.